sore itu Ia menyuruh padaku bercerita
aku tak mau, tapi gigi taring dan tanduknya
merajam pada keberanianku
aku mulai membuka mulut
begini:
pagi hari biasa daku terbangun amat pagi
daku habiskan waktu pagi dengan bertasbih sambil lalu mengaji
setelahnya daku berkunjung pada maja makan berkayu buruk dengan tekstur amburadul
di meja itu terhidang dua buah roti basi sisa kemarin sore
ditambah segelas air bening dengan banyak kerikil karena debu menyerang rumahku yang hanya terbuat bilik bolong-bolong
daku mandi
sedangkan airnya bersatu dengan kotoran kuda
miris, rasanya tubuhku hijau semua
Ia menggelengkan kepala.
lidahku kelu karna ia menyiramkan nanah panas di atasnya
melepuh
begini:
daku bekerja di sebuah yayasan
tepatnya dimana anak tak berbapak beribu bernaung
mereka sering sekali merengek
meminta makan dan meminta jaket jika malam begitu dingin
daku berseru “lihatlah, apa daku sudah makan? apa kau lihat daku memakai jas atau sebagainya?”
daku tak bermaksud menggertak
hah, mereka berlebihan melihat caraku hidup
Ia kembali menggelengkan kepala
kusembunyikan lidahku karna takut kembali disirami nanah panas,
sekarang Ia membantingkan lidahku
dibanting oleh duri
begini:
malam hari aku tidak sama sekali sempat mencicipi hidangan malam
perutku diganjal oleh bantal lusuh yang daku temukan dekat pemakaman tua jendral yang kemarin mati tertembak prajurit bayaran
lantas saja daku tidur di ranjang bambu
berselimut hanya sehelai kain rombeng dan berkutu
daku tidur berharap lapar ini hilang segera
ah, kenapa Ia masih menggelengkan kepala
terus tanpa henti berseru Ia pada telingaku yang sayu
“miris sekali hidupmu wahai pembual!”
aku kembali dihujamnya duri di bawah ketiaknya ketika sadar rupaku lebih mirip tikus got!
Sukajadi, Januari 2011
Just browsed through your works.
ReplyDeleteI like the voice.
Thank you Sir.
ReplyDeleteI hope you enjoy reading my works.